Wednesday, August 12, 2015


Menggenggam pisau, parang, dan bambu, ratusan ekstremis Buddhis berpatroli ke sekujur Mandalay -- kota terbesar kedua di Myanmar -- seraya meneriakan ancaman akan membunuh semua Muslim.

"Kami akan bunuh semua umat Islam," teriak mereka saat berbaris di jalan-jalan, setelah menghadiri pemakaman seorang pria Buddha tewas saat kerusuhan Muslim-Buddhis, Rabu (3/7).

Kerusuhan juga menewaskan seorang pria Muslim, yang dikeroyok disergap dalam perjalanan ke masjid untuk menunaikan shalat subuh. Muslim yang tewas adalah warga asli Myanmar, dan aktivis Dialog antar-Iman.

Kekerasan Muslim-Buddhis meletus awal pekan ini. Sekitar 300 umat Buddha, termasuk 30 biksu, menyerang sebuah warung teh milik warga Muslim yang diduga memperkosa wanita Buddhis.

Umat Buddha melempari properti Muslim dengan batu, merampok toko, rumah, merusak masjid dan mobil, serta melukai beberapa Muslim dengan pisau.


Polisi Myanmar mengerahkan ratusan personel, dan membuat perintang kawat berduri, serta memblokir jalan-jalan ke lingkungan mayoritas Muslim. Pengamanan pasif ini diharapkan dapat mencegah sepeda motor dan mobil penyerang mendekati properti Muslim.

Namun tidak ada upaya kepolisian melucuti senjata umat Buddha, atau menangkap biksu penggerak kerusuhan. Bahkan polisi tidak melakukan apa-apa ketika umat Buddha berparade di jalan-jalan dengan senjata tajam di tangan.


Yang terjadi adalah polisi menggeledah rumah-rumah warga Muslim, menangkap lima orang dengan tuduhan menyimpan senjata tajam. Padahal, pisau yang disimpan adalah pisau upacara.

"Polisi pasti tahu itu pisau upacara," ujar Ossaman, imam masjid terbesar di Mandalay. "Mereka tidak melanggar hukum."

Muslim Myanmar terdiri dari berbagai latar belakang; India, Tiongkok, dan Bangladesh. Mereka telah ada di Myanmar sejak ratusan tahun. Jumlah mereka mencapai empat persen dari 60 juta penduduk Myanmar.



0 comments:

Post a Comment